“Apabila datang kepadamu seorang laki-laki (untuk meminang) yang engkau ridha terhadap agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Bila tidak engkau lakukan, maka akan terjadi fitnah dan akan timbul kerusakan yang merata di muka bumi.”
(HR. Tirmidzi dan Ahmad).
***
Kafemuslimah.comSaudariku, siapkan dirimu untuk memasuki gerbang pernikahan. Saat engkau sudah lulus SMU, engkau harus siap jika ada seorang ikhwan mengajakmu menikah. Jika lelaki itu shalih, janganlah engkau menolak lamarannya. Jika tidak, maka kelak akan terjadi fitnah pada dirimu.
Aku pernah mendengar sebuah kisah yang kudengar dari istriku. Ini mengenai sahabatnya yang sudah berusia 37 tahun namun belum juga menikah. Dia pernah
menceritakan kepada istriku, bahwa dulu pernah ada seorang ikhwan shalih yang datang melamarnya, namun ia tolak lantaran kesibukannya bekerja. Beberapa tahun kemudian ikhwan itu menikah dengan perempuan yang lain. Ikhwan itu kini dikenal sebagai tokoh dakwah di daerahnya. Dirinya sendiri belum menikah hingga kini, padahal ia sangat mengharapkan sekali. Dilihat dari segi fisiknya, ia tergolong cantik.
Sahabat istriku itu kini kerap merasa iri hati bila ada temannya yang menikah. Puncaknya, dia tidak ikut pengajian lagi. Dia sudah menjauhi dakwah dan da’inya. Dia salah satu orang yang telah “berguguran di jalan dakwah”. Sebagai seorang muslim, kita berlindung diri dari kejadian ini. Semoga kejadian ini tidak menimpa diri kita.
Apa yang menghimpit dada saudara-saudara kita sehingga mereka hanya sanggup meneteskan airmata, awalnya adalah karena mereka menunda apa yang seharusnya disegerakan, mempersulit apa yang seharusnya dimudahkan. Padahal Rasulullah Saw. telah berpesan, “Wahai Ali, ada tiga perkara yang jangan kau tunda-tunda; shalat apabila telah tiba waktunya, jenazah apabila telah siap penguburannya, dan perempuan apabila telah datang laki-laki yang sepadan meminangnya.” (HR. Ahmad).
Lemahnya keyakinan kita bahwa Allah pasti akan memberi rezeki, atau bisa jadi merupakan cerminan dari tidak adanya sifat qana’ah (mencukupkan diri dengan yang ada). Alih-alih ingin hidup bahagia, kita tunda pernikahan karena menunggu kemapanan. Alih-alih mempertimbangkan pendidikan anak-anak kelak, kita tolak pinangan sampai ia mantap dalam pekerjaan, sehingga akad nikah itu tak kunjung datang.
Suatu ketika ada yang datang menemui al-Hasan, cucu Rasulullah Saw., ia ingin bertanya, sebaiknya dengan siapa putrinya menikah. Maka al-Hasan berkata, “Kawinkanlah dia dengan orang yang bertakwa kepada Allah. Sebab jika laki-laki itu mencintainya, ia pasti memuliakannya; dan jika ia tidak mencintainya, ia tidak akan berbuat zalim kepadanya.”
Nasihat al-Hasan ini menuntun kita untuk membenahi pikiran. Bila engkau merindukan suami yang mencintaimu setulus hati, jangan salah menata hati. Orang yang memberi perhatian hangat sebelum engkau akad, belum tentu dapat menjadi tempat buat curhat di saat engkau punya beban jiwa yang berat. Kadang kita dengan mudah jadi mabuk kepayang hanya karena ia bilang sayang, padahal cintanya lekas hilang dan perhatiannya cepat melayang. Tetapi jika kita menikah dengan orang yang bertakwa, cinta yang semula tak ada meski cuma benihnya, dapat bersemi indah karena komitmen yang memenuhi jiwa.
Sumber : Chandra Kurniawan
http://penulis-muda.blogdrive.com
Senin
Untuk Ukhti Muslimah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
saat hati belum terterangi,
BalasHapusanugreah itupun terlewatkan,
hingga tiba penyesalan,
semoga Allah SWT mangampuni, dan ridho memberikan kesempatan lagi.